PEMANFAATAN KOMUNIKASI DIGITAL TERHADAP KEEFEKTIFAN KONSER ONLINE DI MASA PANDEMI COVID-19

 


Abstrak

Dampak dari COVID-19 tidak hanya berdampak pada sektor pendidikan saja melainkan ke berbagai sektor kehidupan yang ada di berbagai penjuru dunia. Salah satu kegiatan yang mendapat imbasnya adalah konser musik yang kini dilakukan secara virtual atau lebih dikenal dengan nama konser online. Konser online ini menjadi solusi untuk menggerakan roda perekonomian juga sebagai bentuk penghilang stres karena harus melakukan banyak hal dirumah saja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan konser online di masa pandemi COVID-19 yang berkonsentrasi pada salah satu konser online yang bertajuk Overpass Music Festival 2020. Metode yang digunakan adalah metode kuantitaf, dengan sampel berjumlah 76 orang yakni penikmat konser musik dari berbagai daerah di Indonesia. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini memanfaatkan google form sebagai sarana pengajuan pernyataan.  Hasil penelitian menunjukan bahwa konser online dinilai efektif walaupun  masih ada beberapa kendala maupun kekurang yang perlu diperbaiki dan di kaji kembali.

Kata Kunci : efektifitas, teknologi komunikasi, konser online

The effects of COVID-19 affect not only for education sector but also for various sectors around the world. One of the activities that has prompted is the virtual music concert or known as the online concert. Concert online is the solution to moving the wheels of the economy, and it's also a stress killer that has to do a lot of things around the house. The study aims to know the nature of an online concert during the COVID-19 pandemic that concentrates on one of the online concerts called the overpass music festival 2020. The method used was the quantitative method, and this sample numbered 76 people who were interested in festivals or concerts from different parts of Indonesia. The data-gathering technique on this study uses Google form by asking statement. Research has shown that one of the online concerts is effective even though there are still a few obstacles and limitations that need to be corrected and reviewed.

Keywords : effectiveness, communication technology, online concerts


PENDAHULUAN

Berdasarkan laporan WHO (World Health Organization) kasus pertama COVID-19 terjadi di Wuhan, Provinsi Hubei, Cina pada 30 Desember 2019. Berdasarkan data sampai dengan 29 Oktober 2020, terdapat lebih dari 44 juta kasus di seluruh dunia yang mencakup 217 negara, termasuk Indonesia. Pandemi COVID-19 ini telah menyebar di seluruh dunia dengan penyebaran yang luar biasa cepat, menjadikan virus ini sebagai problematika yang mau tidak mau harus dihadapi dengan sangat serius oleh seluruh lapisan masyarakat. Beberapa cara untuk meminimalisir risiko penyebaran COVID-19 ini, disarankan untuk menggunakan masker, mencuci tangan dengan air mengalir, dan selalu menjaga jarak minimal satu meter antara satu sama lain. Selain itu, dianjurkan juga untuk berdiam diri di rumah. Seiring berjalannya waktu mengenai anjuran ini, telah banyak perusahaan, institusi, lembaga, dan lain sebagainya yang mulai menerapkan WFH atau ‘Work From Home’ bagi para pekerjanya, di mana mereka diharuskan untuk mengerjakan seluruh pekerjaan atau kegiatan lainnya secara online dari rumah (Indrianti, N. 2020).

                Tagar #stayathome atau #dirumahaja marak digunakan di berbagai macam platform media komunikasi seperti twitter, instagram, tiktok maupun youtube untuk mengkampanyekan anjuran agar tetap dirumah saja. Para content creator juga beramai-ramai mengkampanyekan aksi di rumah saja dengan membuat berbagai macam konten seperti : konten memasak, challenge, olahraga, dan lain sebagainya yang dapat dilakukan selama masa karantina yang mana dapat bermanfaat untuk menghibur dan menginspirasi para penonton. Dengan adanya konten-konten tersebut, masyarakat dapat menghilangkan kejenuhan yang ada, yakni ketika menghabiskan hari-hari mereka yang hanya berdiam diri di rumah. Selain contoh tersebut, terdapat sebuah fenomena yang cukup menarik dimana para musisi baik lokal maupun internasional berbondong-bondong memanfaatkan media digital untuk mengadakan konser online demi dapat terus menghibur para penggemarnya. Ditengah adanya social distancing guna memutus rantai penyebaran COVID-19, konser online ini merupakan sebuah langkah cerdas dan kreatif karena selama masa pandemi ini berlangsung para musisi  memang diharuskan untuk membatasi mengadakan konser yang di hadiri banyak orang, sehingga banyak dari musisi tersebut menyiasati kegiatan mereka yang mulanya offline menjadi online (Ida, R. (Ed.)., 2019). 

                Umumnya, konser online merupakan sebuah pertunjukan musik yang dilakukan secara online atau daring. Konser ini memanfaatkan platform digital dalam memenuhi kebutuhan penonton untuk mengakses konten yang akan disajikan. Konser online biasanya dilakukan secara live streaming yang dapat diakses dimana saja selama terhubung dengan saluran internet. Platform yang digunakan sendiri pun beragam macamnya, seperti Youtube, Live Instagram, V-Live App, Mixrl dan lain sebagainya. Pihak yang mengadakan konser online berhak menetapkan biaya tiket menonton layaknya ketika konser offline.                Salah satu contoh konser online yang hendak dibahas adalah ‘Overpass Music Festival’ yang digelar pada 26 September 2020. Overpass adalah konser berbayar yang menghadirkan banyak musisi di sepenjuru Asia mulai dari Korea Selatan hingga Philipina. Tiket untuk dapat mengakses Overpass sendiri memiliki harga mulai dari USD $8 dengan biaya tax (pajak) sebesar USD $2 sehingga kurang lebih biaya yang harus dikeluarkan sebesar 141 ribu rupiah untuk satu kali pertunjukan. Overpass sendiri menggunakan Vimeo (situs layanan berbagi video yang memungkinkan penggunanya untuk mengunggah, berbagi, dan menonton video) sebagai media pembuat ruang konser online Overpass ini (Setyorini, I., 2020).

                Karena konser Overpass sendiri diminati oleh penonton dari berbagai negara, sesuai dengan https://www.overpassmusic.com/ maka pihak Overpass menyediakan fasilitas video konser dapat diputar ulang selama 9 jam terhitung saat live streaming berakhir. Sehingga penonton tidak perlu khawatir jika konser berlangsung di waktu bekerja ataupun waktu yang seharusnya dipakai untuk tidur. Di Indonesia sendiri konser berlangsung dimulai dari pukul 9 malam hingga pukul 1 dini hari, jika dihitung dari 9 jam waktu pengulangan, maka konser dapat diakses hingga pukul 10 pagi. Perbedaan yang dirasa dari konser Overpass dibanding konser offline adalah para musisi telah terlebih dahulu melakukan rekaman sehingga konser tidak dilakukan secara live, melainkan seperti menonton video tayangan ulang biasa. Namun yang menjadi sorotan adalah pihak Overpass sendiri mengatakan bahwa konser ini digelar secara live, padahal pada kenyataannya tidak. Selain itu cuplikan dari konser ini sendiri di upload oleh pihak Overpass di youtube, sehingga hal-hal tersebut membuat sebagian penonton merasa kecewa.

METODE

                Metode yang kami lakukan untuk penelitian ini adalah metode kualitatif. Penelitian kualitatif sendiri adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah, dimana peneliti merupakan instrumen kunci (Sugiyono, 2005). Sedangkan menurut Maleong (2005), penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistic, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Disini kami memanfaatkan google form sebagai teknik pengambilan data, karena selain dapat disebar secara cepat, google form juga menjadi salah satu solusi agar tetap melaksanakan social distancing ditengah pandemi ini. Subjek untuk penelitian ini adalah para penonton konser Overpass itu sendiri yang berdomisili di berbagai kota di Indonesia.

       Beberapa tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini diantaranya: (1) merumuskan beberapa pertanyaan yang akan diajukan kepada subjek melalui google form, (2) menyebarkan pertanyaan secara online melalui sosial media yaitu twitter kepada penonton Overpass 2020 kemarin, (3) mengumpulkan dan menyaring data yang sudah diisi oleh subjek dan selanjutnya dianalisis.

HASIL DAN PEMBAHASAN

                Di tengah pandemi COVID-19 para musisi juga promotor konser berlomba-lomba untuk menyiasati cara agar mereka bisa tetap berkarya dan tetap bisa berinteraksi dengan para penggemar, salah satunya adalah dengan menggelar konser secara daring atau online. Tentu hal ini diterima dengan baik oleh khalayak luas, apalagi bagi mereka yang memiliki hobi menonton festival atau konser guna melepaskan penat. Walaupun konser digelar secara online, penonton tetap bisa menikmati bagaimana suasana konser sebagaimana mestinya meskipun banyak hal yang tidak dapat ditemukan dibanding ketika konser offline, namun penonton setia tetap menanti dengan semangat jika konser online akan digelar. Dari sekian banyaknya orang yang menikmati festival atau konser, tak sedikit diantaranya yang mempertanyakan keefektifan juga kepuasan jika konser digelar secara online, maka melalui penelitian ini kami bertujuan untuk mengungkapkan tingkat efektivitas dari salah satu konser yang digelar secara online.

Gambar 1 Persentase Keefektifan Konser online Overpass

Sumber : https://forms.gle/kVuktdMDuubbzpHt6

                Penelitian dilakukan kepada 76 orang penikmat festival atau konser yang berdomisili di berbagai daerah di Indonesia, mengungkap fakta lapangan tentang keefektifan konser online di salah satu konser online bertajuk Overpass Music Festival 2020 yang digelar pada 26 September 2020.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tingkat keefektifan konser online ini menurut survei berhasil menyentuh angka 47% untuk yang ‘setuju’ dan juga 15% untuk ‘sangat setuju’. Dengan total akumulasi 62% orang memilih setuju maka  menunjukan bahwa meskipun konser digelar secara online, namun orang-orang tetap menikmati dan merasa bahwa konser ini berlangsung secara efektif. Adapun hal-hal yang menyebabkan orang-orang memilih bahwa konser berlangsung tidak efektif diantaranya :

(1)     Keterbatasan akses

(2)     Kendala jaringan

(3)     Link bocor menyebabkan orang yang tidak membeli tiket pun tetap dapat menonton

(4)     Konser yang digadang-gadangkan berlangsung secara live nyatanya tidak.

Namun untuk saat ini konser online tetap menjadi satu-satunya pilihan jika ingin menikmati konser ditengah wabah COVID-19 ini, dan fakta bahwa lebih dari setengah dari subjek menilai konser online berlangsung secara efektif, maka konser online tetap memberikan kepuasan bagi para penonton. Dalam hal ini tidak hanya kefektifannya saja yang di pertimbangkan oleh para penikmat festival atau konser musik tapi juga harga yang ditawarkan untuk konser Overpass ini. Dilihat dari tinjauan kepada 76 penikmat festival atau konser musik menuai hasil yang kongkret.

 

Gambar 2 Persentase Harga Tiket Konser Overpass

Sumber : https://forms.gle/kVuktdMDuubbzpHt6

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Dengan harga yang ditawarkan konser Overpass ini dari 76 penikmat festival atau konser musik yang memiliki usia di angka sekitar 17-25 tahun ini, ada sekitar 55% yang menyatakan bahwa mereka puas dengan harga tersebut. Walaupun demikian, ada sekitar 7% yang merasa tidak puas dengan harga tersebut karena mereka menganggap dengan harga tersebut terlalu mahal untuk fasilitas yang tidak begitu memuaskan.

                Untuk itu perlu dilakukannya pengkajian ulang serta perbaikan dalam pelaksanaan konser online saat ini. Karena saat pada seseorang membayar untuk sesuatu hal maka yang diharapkan adalah kepuasan dengan apa yang telah mereka bayar. Oleh karena itu sangatlah penting untuk mempertimbangkan kepuasan dan kualitas.

Gambar 3 Persentase Kepuasan Penonton Konser Overpass

Sumber : https://forms.gle/kVuktdMDuubbzpHt6

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


               

 

 

Secara keseluruhan, 76% orang menilai puas untuk konser Overpass ini sedangkan 24% yang lain memilih tidak puas dengan alasan sebagai berikut :

(1)     Durasi terlalu pendek

(2)     Banyak artis yang tidak dikenal

(3)     Bukan live performance

Meskipun begitu konser Overpass ini tetap dinilai memberikan kepuasan oleh suara mayoritas.

KESIMPULAN

                Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka da disimpilkan bahwa sejak ada nya pandemic COVID-19 di berbagai penjuru dunia, seluruh sektor kehidupan di dunia mengalami penurunan termasuk dalam bidang sosial-ekonomi. Selain itu, dampak yang ditimbulkan lainnya adalah tidak adanya konser musik yang mengakibatkan beberapa pecinta festival atau konser guna menghilangkan penat kini mereka kehilangan sebagian kesenangannya. Hasil penelitian kepada beberapa pecinta festival atau konser musik yang mengikuti salah satu konser online yang bertajuk Overpass Festival Music 2020 mengaku bahwa konser online dinilai efektif. Banyak juga faktor yang membuat hal tersebut dinilai efektif seperti karena harga nya yang terjangkau dan dapat ditonton oleh siapa saja dan dimana saja membuat para penonton konser Online Overpass Music Festival 2020 dapat merasa puas dengan apa yang mereka tonton dan setidaknya dapat menghilangkan sedikit penatnya karena harus melakukan banyak kegiatan di rumah saja.

 

DAFTAR PUSTAKA

Indrianti, N. (2020). PEMULIHAN INDUSTRI PASCACOVID-19: PERSPEKTIF SUSTAINABILITY.

https://binus.ac.id/bandung/2020/04/penelitian-kualitatif-manfaat-dan-alasan-penggunaan/

https://www.academia.edu/download/63794548/BUKU_RAPID_RESEARCH_COVID-1920200630-66212-8rqrg2.pdf#page=152

https://www.academia.edu/download/63926456/Digital_Leisure__120200715-49063-11wwhoy.pdf

https://www.overpassmusic.com/

Ida, R. (Ed.). (2019). Budaya populer Indonesia: diskursus global/lokal dalam budaya populer Indonesia. Airlangga University Press.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengaruh Media Sosial Instagram Terhadap Gaya Hidup dan Etika Remaja

Manajemen Pelayanan Publik

Pelatihan Manajemen RT/RW-NET pada UMKM M&S NET dalam Menyediakan Internet bagi Masyarakat