PEMANFAATAN KOMUNIKASI DIGITAL TERHADAP KEEFEKTIFAN KONSER ONLINE DI MASA PANDEMI COVID-19
Abstrak
Dampak dari COVID-19 tidak hanya berdampak pada sektor pendidikan saja
melainkan ke berbagai sektor kehidupan yang ada di berbagai penjuru dunia.
Salah satu kegiatan yang mendapat imbasnya adalah konser musik yang kini
dilakukan secara virtual atau lebih dikenal dengan nama konser online. Konser
online ini menjadi solusi untuk menggerakan roda perekonomian juga sebagai
bentuk penghilang stres karena harus melakukan banyak hal dirumah saja.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan konser online di masa
pandemi COVID-19 yang berkonsentrasi
pada salah satu konser online yang bertajuk Overpass Music Festival 2020.
Metode yang digunakan adalah metode kuantitaf, dengan sampel berjumlah 76 orang
yakni penikmat konser musik dari berbagai daerah di Indonesia. Teknik pengumpulan
data pada penelitian ini memanfaatkan google
form sebagai sarana pengajuan pernyataan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa konser online dinilai efektif
walaupun masih ada beberapa kendala
maupun kekurang yang perlu diperbaiki dan di kaji kembali.
Kata Kunci : efektifitas,
teknologi komunikasi, konser online
Keywords
: effectiveness,
communication technology, online concerts
PENDAHULUAN
Berdasarkan
laporan WHO (World Health Organization)
kasus pertama COVID-19 terjadi di
Wuhan, Provinsi Hubei, Cina pada 30 Desember 2019. Berdasarkan data sampai
dengan 29 Oktober 2020, terdapat lebih dari 44 juta kasus di seluruh dunia yang mencakup 217
negara, termasuk Indonesia. Pandemi COVID-19
ini telah menyebar di seluruh dunia dengan penyebaran yang luar biasa cepat,
menjadikan virus ini sebagai problematika yang mau tidak mau harus dihadapi
dengan sangat serius oleh seluruh lapisan masyarakat. Beberapa cara untuk
meminimalisir risiko penyebaran COVID-19
ini, disarankan untuk menggunakan masker, mencuci tangan dengan air mengalir,
dan selalu menjaga jarak minimal satu meter antara satu sama lain. Selain itu,
dianjurkan juga untuk berdiam diri di rumah. Seiring berjalannya waktu mengenai
anjuran ini, telah banyak perusahaan, institusi, lembaga, dan lain sebagainya
yang mulai menerapkan WFH atau ‘Work From
Home’ bagi para pekerjanya, di mana mereka diharuskan untuk mengerjakan
seluruh pekerjaan atau kegiatan lainnya secara online dari rumah (Indrianti, N. 2020).
Tagar #stayathome atau #dirumahaja marak digunakan di
berbagai macam platform media komunikasi seperti twitter, instagram, tiktok
maupun youtube untuk mengkampanyekan anjuran agar tetap dirumah saja. Para content creator juga beramai-ramai
mengkampanyekan aksi di rumah saja dengan membuat berbagai macam konten seperti
: konten memasak, challenge,
olahraga, dan lain sebagainya yang dapat dilakukan selama masa karantina yang
mana dapat bermanfaat untuk menghibur dan menginspirasi para penonton. Dengan
adanya konten-konten tersebut, masyarakat dapat menghilangkan kejenuhan yang
ada, yakni ketika menghabiskan hari-hari mereka yang hanya berdiam diri di
rumah. Selain contoh tersebut, terdapat sebuah fenomena yang cukup menarik dimana
para musisi baik lokal maupun internasional berbondong-bondong memanfaatkan
media digital untuk mengadakan konser online demi dapat terus menghibur para
penggemarnya. Ditengah adanya social
distancing guna memutus rantai penyebaran COVID-19, konser online ini merupakan sebuah langkah cerdas dan
kreatif karena selama masa pandemi ini berlangsung para musisi memang diharuskan untuk membatasi mengadakan
konser yang di hadiri banyak orang, sehingga banyak dari musisi tersebut menyiasati
kegiatan mereka yang mulanya offline menjadi online (Ida, R. (Ed.)., 2019).
Umumnya,
konser online merupakan sebuah pertunjukan musik yang dilakukan secara online
atau daring. Konser ini memanfaatkan platform digital dalam memenuhi kebutuhan
penonton untuk mengakses konten yang akan disajikan. Konser online biasanya
dilakukan secara live streaming yang
dapat diakses dimana saja selama terhubung dengan saluran internet. Platform
yang digunakan sendiri pun beragam macamnya, seperti Youtube, Live Instagram,
V-Live App, Mixrl dan lain sebagainya. Pihak yang mengadakan konser online
berhak menetapkan biaya tiket menonton layaknya ketika konser offline. Salah satu contoh konser online
yang hendak dibahas adalah ‘Overpass Music Festival’ yang digelar pada 26
September 2020. Overpass adalah konser berbayar yang menghadirkan banyak musisi
di sepenjuru Asia mulai dari Korea Selatan hingga Philipina. Tiket untuk dapat
mengakses Overpass sendiri memiliki harga mulai dari USD $8 dengan biaya tax (pajak) sebesar USD $2 sehingga
kurang lebih biaya yang harus dikeluarkan sebesar 141 ribu rupiah untuk satu
kali pertunjukan. Overpass sendiri menggunakan Vimeo (situs layanan berbagi video yang memungkinkan penggunanya untuk
mengunggah, berbagi, dan menonton video) sebagai media pembuat ruang konser
online Overpass ini (Setyorini,
I., 2020).
Karena konser Overpass sendiri
diminati oleh penonton dari berbagai negara, sesuai dengan https://www.overpassmusic.com/ maka pihak Overpass
menyediakan fasilitas video konser dapat diputar ulang selama 9 jam terhitung
saat live streaming berakhir.
Sehingga penonton tidak perlu khawatir jika konser berlangsung di waktu bekerja
ataupun waktu yang seharusnya dipakai untuk tidur. Di Indonesia sendiri konser
berlangsung dimulai dari pukul 9 malam hingga pukul 1 dini hari, jika dihitung
dari 9 jam waktu pengulangan, maka konser dapat diakses hingga pukul 10 pagi. Perbedaan
yang dirasa dari konser Overpass dibanding konser offline adalah para musisi
telah terlebih dahulu melakukan rekaman sehingga konser tidak dilakukan secara live, melainkan seperti menonton video tayangan
ulang biasa. Namun yang menjadi sorotan adalah pihak Overpass sendiri
mengatakan bahwa konser ini digelar secara live,
padahal pada kenyataannya tidak. Selain itu cuplikan dari konser ini
sendiri di upload oleh pihak Overpass di youtube, sehingga hal-hal tersebut
membuat sebagian penonton merasa kecewa.
METODE
Metode yang kami lakukan untuk penelitian ini adalah metode
kualitatif. Penelitian kualitatif
sendiri adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek
alamiah, dimana peneliti merupakan instrumen kunci (Sugiyono, 2005). Sedangkan
menurut Maleong (2005), penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud
untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistic,
dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks
khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Disini kami
memanfaatkan google form sebagai
teknik pengambilan data, karena selain dapat disebar secara cepat, google form juga menjadi salah satu
solusi agar tetap melaksanakan social
distancing ditengah pandemi ini. Subjek untuk penelitian ini adalah para
penonton konser Overpass itu sendiri yang berdomisili di berbagai kota di
Indonesia.
Beberapa tahapan
yang dilakukan dalam penelitian ini diantaranya: (1) merumuskan beberapa
pertanyaan yang akan diajukan kepada subjek melalui google form, (2) menyebarkan pertanyaan secara online melalui sosial
media yaitu twitter kepada penonton Overpass 2020 kemarin, (3) mengumpulkan dan menyaring data
yang sudah diisi oleh subjek dan selanjutnya dianalisis.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Di tengah pandemi COVID-19 para musisi juga promotor
konser berlomba-lomba untuk menyiasati cara agar mereka bisa tetap berkarya dan
tetap bisa berinteraksi dengan para penggemar, salah satunya adalah dengan
menggelar konser secara daring atau online. Tentu hal ini diterima dengan baik
oleh khalayak luas, apalagi bagi mereka yang memiliki hobi menonton festival
atau konser guna melepaskan penat. Walaupun konser digelar secara online,
penonton tetap bisa menikmati bagaimana suasana konser sebagaimana mestinya
meskipun banyak hal yang tidak dapat ditemukan dibanding ketika konser offline,
namun penonton setia tetap menanti dengan semangat jika konser online akan
digelar. Dari sekian banyaknya orang yang menikmati festival atau konser, tak
sedikit diantaranya yang mempertanyakan keefektifan juga kepuasan jika konser
digelar secara online, maka melalui penelitian ini kami bertujuan untuk
mengungkapkan tingkat efektivitas dari salah satu konser yang digelar secara
online.
Gambar 1 Persentase Keefektifan
Konser online Overpass Sumber :
https://forms.gle/kVuktdMDuubbzpHt6
Tingkat
keefektifan konser online ini menurut survei berhasil menyentuh angka 47% untuk
yang ‘setuju’ dan juga 15% untuk ‘sangat setuju’. Dengan total akumulasi 62%
orang memilih setuju maka menunjukan
bahwa meskipun konser digelar secara online, namun orang-orang tetap menikmati
dan merasa bahwa konser ini berlangsung secara efektif. Adapun hal-hal yang
menyebabkan orang-orang memilih bahwa konser berlangsung tidak efektif
diantaranya :
(1) Keterbatasan akses
(2) Kendala jaringan
(3) Link bocor menyebabkan orang yang tidak membeli tiket pun
tetap dapat menonton
(4) Konser yang digadang-gadangkan berlangsung secara live nyatanya tidak.
Namun
untuk saat ini konser online tetap menjadi satu-satunya pilihan jika ingin
menikmati konser ditengah wabah COVID-19
ini, dan fakta bahwa lebih dari setengah dari subjek menilai konser online
berlangsung secara efektif, maka konser online tetap memberikan kepuasan bagi
para penonton. Dalam hal ini tidak hanya kefektifannya saja yang di
pertimbangkan oleh para penikmat festival atau konser musik tapi juga harga
yang ditawarkan untuk konser Overpass ini. Dilihat dari tinjauan kepada 76
penikmat festival atau konser musik menuai hasil yang kongkret.
Gambar 2 Persentase Harga Tiket
Konser Overpass Sumber : https://forms.gle/kVuktdMDuubbzpHt6
Dengan
harga yang ditawarkan konser Overpass ini dari 76 penikmat festival atau konser
musik yang memiliki usia di angka sekitar 17-25 tahun ini, ada sekitar 55% yang
menyatakan bahwa mereka puas dengan harga tersebut. Walaupun demikian, ada
sekitar 7% yang merasa tidak puas dengan harga tersebut karena mereka
menganggap dengan harga tersebut terlalu mahal untuk fasilitas yang tidak
begitu memuaskan.
Untuk itu perlu dilakukannya
pengkajian ulang serta perbaikan dalam pelaksanaan konser online saat ini.
Karena saat pada seseorang membayar untuk sesuatu hal maka yang diharapkan
adalah kepuasan dengan apa yang telah mereka bayar. Oleh karena itu sangatlah
penting untuk mempertimbangkan kepuasan dan kualitas.
Gambar 3 Persentase Kepuasan
Penonton Konser Overpass Sumber : https://forms.gle/kVuktdMDuubbzpHt6
Secara
keseluruhan, 76% orang menilai puas untuk konser Overpass ini sedangkan 24%
yang lain memilih tidak puas dengan alasan sebagai berikut :
(1) Durasi terlalu pendek
(2) Banyak artis yang tidak dikenal
(3) Bukan live performance
Meskipun begitu
konser Overpass ini tetap dinilai memberikan kepuasan oleh suara mayoritas.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka da disimpilkan
bahwa sejak ada nya pandemic COVID-19
di berbagai penjuru dunia, seluruh sektor kehidupan di dunia mengalami
penurunan termasuk dalam bidang sosial-ekonomi. Selain itu, dampak yang ditimbulkan
lainnya adalah tidak adanya konser musik yang mengakibatkan beberapa pecinta
festival atau konser guna menghilangkan penat kini mereka kehilangan sebagian
kesenangannya. Hasil penelitian kepada beberapa pecinta festival atau konser
musik yang mengikuti salah satu konser online yang bertajuk Overpass Festival
Music 2020 mengaku bahwa konser online dinilai efektif. Banyak juga faktor yang
membuat hal tersebut dinilai efektif seperti karena harga nya yang terjangkau
dan dapat ditonton oleh siapa saja dan dimana saja membuat para penonton konser
Online Overpass Music Festival 2020 dapat merasa puas dengan apa yang mereka
tonton dan setidaknya dapat menghilangkan sedikit penatnya karena harus
melakukan banyak kegiatan di rumah saja.
DAFTAR PUSTAKA
Indrianti,
N. (2020). PEMULIHAN INDUSTRI PASCACOVID-19: PERSPEKTIF SUSTAINABILITY.
https://binus.ac.id/bandung/2020/04/penelitian-kualitatif-manfaat-dan-alasan-penggunaan/
https://www.academia.edu/download/63926456/Digital_Leisure__120200715-49063-11wwhoy.pdf
https://www.overpassmusic.com/
Ida, R.
(Ed.). (2019). Budaya populer Indonesia: diskursus global/lokal dalam
budaya populer Indonesia. Airlangga University Press.
Komentar
Posting Komentar